Bedah Buku KR, 25 Oktober 2009
Tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Apa yang diciptakan Tuhan mempunyai dimensi lain yang indah untuk dipelajari. Pengalaman hidup pun demikian. Semua hal yang pernah kita alami menjadi sesuatu yang bermakna ketika hal tersebut diceritakan kembali. Sebagaimana dalam buku ini.
Stephie Kleden-Beetz membalut cerita perjalanan hidupnya menjadi sesuatu yang bermakna bagi orang lain. Ke-51 cerita kecil atau ulasan pendek—rata-rata hanya 1-2 halaman, terdiri dari dua sampai empat alenia—menyadarkan kepada kita betapa yang kecil itu sangatlah indah.
Sebagaimana cerita tentang ember bocor. Kita mungkin tidak menyangka bahwa ember bocor yang dibawa penyiram bunga setiap hari ternyata dapat menumbuhkan tumbuhan yang ada di sepanjang jalan yang ia lewati. Barang yang bagi sebagian orang tidak berguna itu ternyata mempunyai kemuliaan.
Demikian pula cerita tentang menghormati yang sudah tua. Mendahulukan orang yang sudah sepuh ketika menaiki angkutan umum begitu menyentuh. Stephie mewartakan dalam buku ini betapa apa yang dipelajari ketika waktu kecil akan sangat memengaruhi cara pandang seseorang ketika sudah dewasa.
Cerita tentang anak kecil yang merasa tidak berguna dalam sebuah kelompok orkestra pun patut dicermati. Anak kecil tersebut merasa alat musim yang dimainkannya tidaklah berguna. Namun, berkat dorongan Sang Ibu anak kecil itu menjadi pemain yang hebat dikemudian hari.
Pendek kata tidak ada yang tidak berguna di dunia ini. Apapun yang kita lakukan akan sangat membawa manfaat bagi makhluk lain jika dilakukan dengan sepenuh hati. Mungkin itu yang ingin dinyatakan oleh kakak Ignas Kleden ini.
Buku Cerita Kecil Saja karya mantan koresponden Deutche Welle, radio nasional Jerman ini, seakan menyadarkan alam bawah sadar kita, bahwa manusia harus berbuat dan mensyukuri apa yang telah dianugerahkan Tuhan.
Buku ini dikemas dengan perwajahan yang unik. Buku ini disertai gambar-gambar yang semakin merangsang kita untuk membacanya dengan jeli dan penuh permenungan.
Halaman demi halaman dari buku ini sayang untuk dilewatkan begitu saja. Hal ini karena, pengemasan bahasa yang santun dan mudah dipahami dibalut dengan pengalaman penulis yang luas, menjadikan setiap kata begitu berharga. Lebih dari itu kutipan percakapan yang ada di beberapa cerita pun dirangkai dengan kalimat bernas penuh makna filosofis.
Penulis buku kelahiran Flores Timur, Nusa Tenggara Timur ini, tampak sangat kaya akan ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup. Hal ini tampak dari isi dan tema yang sangat beragam. Seperti, tema sosial politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan teologi.
Buku ini layak dibaca oleh siapapun di tengah semakin permisifnya tatanan masyarakat Indonesia. Buku ini menawarkan solusi guna mengatasi kepenatan hidup yang mendera seseorang. Walaupun demikian, buku ini ditulis tanpa menggurui.
*)Benni Setiawan, Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar