Search

Senin, 14 Januari 2008

Membaca Massa Depan PDI Perjuangan

Membaca Massa Depan PDI Perjuangan
Oleh Benni Setiawan*)
Seputar Indonesia, Jum'at 11 Januari 2007

Setelah berhasil dengan kritik ”tebar pesona” saat HUT Ke-34 partai demokrasi Indonesia perjuangan (PDI-P) beberapa tahun lalu, kembali Mbak Mega mengkritik gaya kepemimpinan SBY dengan “janji setinggi langit, pencapaian di kaki bukit”. Ungkapan lugas penuh makna saat rapat koordinasi nasional (Rakornas) PDI-P pada September 2007 lalu.
Kritikan Mantan Presiden RI ke-5 ini didasarkan pada asumsi bahwa APBN setiap tahun naik akan tetapi, angka kemiskinan dan pengangguran masih saja tinggi. Data kemiskinan menurut Tim Indonesia Bangkit pada tahun 2007 adalah 42,1 juta jiwa. Data ini berbeda dengan data yang dikeluarkan oleh badan pusat statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin berkurang dari 39,30 juta pada tahun 2006 menjadi 37,17 juta pada tahun 2007. Artinya terjadi pengurangan 2,13 juta penduduk miskin atau satu persen dari total penduduk Indonesia selama satu tahun. Sedangkan angka pengangguran menurut BPS turun 384.000 orang, dari 10,93 juta orang pada Agustus 2006 menjadi 10,55 juta orang pada Februari 2007.
Sedangkan angka kemiskinan dan pengangguran pada tahun 2005 sebagai patokan kritik Ketua Umum PDI-P untuk SBY adalah sebanyak 35,1 juta jiwa dan penduduk hampir miskin 26,2 juta jiwa. Sedangkan jumlah pengangguran mencapai 10,8 juta orang. Sedangkan pengangguran setengah terbuka mencapai 29,6 juta orang. Jadi jumlah penganggur mencapai 40,4 juta orang.
Memang jika dilihat dari data tersebut tidak ada perubahan berarti dari tahun ke tahun selama pemerintahan SBY. SBY cenderung hanya mempertahankan citra positif daripada bekerja sungguh-sungguh untuk rakyat. Rakyat hanya disuguhi data-data yang banyak timpang (tidak singkron) dengan keadaan dan penderitaan rakyat. Bahkan baru-baru ini kembali ditemukan perkampungan miskin dengan anak busung lapar di Nusa Tenggara Timur (NTT). Ini menjadi sederet bukti ketidakmampuan SBY mengembang amanah rakyat. Belum lagi penderitaan rakyat Indonesia akibat bencana alam yang tak kunjung berakhir.
Amanah rakyat yang telah diberikan kepada SBY pada pemilu 2004 belum mampu diemban dengan baik. Banyak pekerjaan rumah yang perlu segera diselesaikan. Seperti, masalah kedaulatan negara yang telah dikebiri oleh Singapura, Malaysia dan Australia, persoalan banyaknya TKI yang disiksa oleh majikannya di Malaysia dan Arab Saudi, dan persoalan kemiskinan dan pengangguran yang berbuntut pada ketidakmampuan memberi gizi kepada anak-anaknya dan busung lapar.
Sekadar menyegarkan ingatan SBY berjanji akan meningkatkan devisa negara dan mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran dari tahun ke tahun. SBY juga berjanji menjaga stabilitas harga-harga kebutuhan pokok, pada saat kampanye tahun 2004. Apa yang terjadi sekarang? Harga-harga kebutuhan pokok tidak terkendali, kelangkaan minyak tanah merata di seluruh wilayah Indonesia, kekeringan dan kelaparan sebagaimana terjadi di NTT, dan bencana alam silih berganti menerpa semesta alam Indonesia.
Janji-janji kesejahteraan sekarang tinggal kenangan yang pahit untuk dikenang. Rakyat semakin menderita akibat kenaikan harga bahan kebutuhan pokok, konversi minyak tanah ke gas, dan kebijakan-kebijakan lain yang tidak pro-rakyat. Kebijakan yang selama ini ada hanya pro-pengusaha dan pihak asing sebagai penyokong pemerintahan SBY.
Maka tidak aneh jika, partai oposisi seperti PDI Perjuangan melancarkan kritikan keras mengenai hal ini. Pemerintah dinilai telah gagal mengemban amanah rakyat. Pemerintah hanya pandai membuat janji-janji dan miskin realisasi.
Kritikan ini sudah selayaknya dijadikan “cambuk” bagi pemerintah. SBY. Selaku Presiden SBY sudah saatnya banyak melakukan sesuatu yang benar dirasakan manfaatnya oleh rakyat. SBY tidak boleh hanya diam dan tersenyum menghadapi kritikan dari Istri Taufik Kiemas ini. Sudah saatnya, kritikan ini dijadikan momentum untuk bangkit dari keterpurukan. Kritikan ini sudah saatnya dianggap sebagai kepedulian rakyat terhadap SBY.

Politik pencitraan
Melalui kritikan ini berarti rakyat masih peduli dengan pemerintahan yang sedang berlangsung. Kritikan jangan dianggap sebagai sensasi menuju 2009. Lebih dari itu, kritikan yang dilancarkan oleh PDI Perjuangan adalah pertanda pemerintahan kali belum serius mengurusi rakyat. Dan masih ada waktu sekitar 1,5 tahun untuk memperbaiki kinerja. Jika dalam waktu singkat ini SBY masih saja terbuai oleh “politik pencitraan” maka ia akan ditinggalkan oleh masyarakat dengan sendirinya. Dan jangan harap di tahun 2009, mendapat simpati dari rakyat.
Rakyat Indonesia sudah bosan dengan janj-janji. Sudah banyak janji yang telah diingkari pemerintah. Tahun 2008 dan 2009 adalah tahun pertaruhan bagi elit partai atau elit politik. Jika di tahun ini elit politik masih saja melakukan hobi janji manis dan tidak segera melakukan perubahan, berarti tahun ini adalah tahun “kematian karir politik” mereka. Jika pada tahun ini mereka mampu bekerja sungguh-sungguh dan memperhatikan pemihakannya kepada rakyat, ia akan mendapat simpati dan dukungan rakyat di tahun 2009. Pendek kata, tahun ini adalah pertaruhan nama baik bagi elit politik.
Lebih lanjut, ketika kritikan ini hanya dianggap angin lalu pada dasarnya akan menguntungkan pihak Megawati dan PDI Perjuangan. Hal ini dikarenakan, Mega dan PDI Perjuangan adalah barisan oposisi yang telah jauh-jauh hari menyatakan ingin menang pada pemilu 2009 dan memposisikan Megawati sebagai calon Presidennya.
Kritikan yang sulit disangkal oleh SBY ini adalah senjata untuk mematahkan kalau tidak mau disebut menyudahi karir politik SBY. Walaupun beberapa survei menunjukkan SBY masih di atas calon-calon presiden lain termasuk Mega.
Dengan posisi ini, PDI Perjuangan harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jika dalam waktu 1,5 tahun ini PDI Perjuangan tidak merespon perubahan peta politik dengan baik, maka ia akan tetap menjadi partai opisisi di tahun pemerintahan 2009-2014. Hal ini dikarenakan, PDI Perjuangan kalah dalam pemilihan anggota legislative dan pemilihan presiden dan wakil presiden.
Pemilu 2009 pada dasarnya akan menjadi batu ujian yang amat berat bagi Mega dan massa depan PDI Perjuangan. Hal ini dikarenakan, ketika Mega kalah pada pemilu 2009 tidak ada kesempatan lagi baginya untuk maju di pemilu 2014. Hal ini juga akan berakibat pada kekuatan PDI perjuangan di massa yang akan datang. PDI Perjuangan akan ditinggal oleh Mega. Ironisnya hingga kini PDI Perjuangan belum menyiapkan kader ideologis yang dapat mewarisi semangat keluarga Soekarno.
PDI Perjuangan mulai dari sekarang sudah saatnya menyiapkan kader terbaiknya sebagai calon pengganti Ibu Mega. Baik dari intern keluarga Soekarno maupun di luar klein Soekarno. Hal ini mengingat estafet kepemimpinan partai tidak akan selamanya dipegang oleh Mega. Suatu saat harus ada pengganti Mega yang mampu mempertahankan ideologi PDI Perjuangan dan basis massanya.
Maka dari itu, mulailah bekerja untuk kepentingan rakyat. Jangan bodohi rakyat. Rakyat adalah hakim adil yang akan mampu menghakimi tingkah laku pejabat dan elit politik.

*)Benni Setiawan, Peneliti pada Yayasan Nuansa Sejahtera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar